Nov 5, 2015

bermain tidak main main



Awal November ini saya kebagian untuk dinas ke pinggiran Jawa Timur. Jember.
Tidak ada yang saya tau tentang daerah ini, selain Jember Fashion Carnaval dan Anang Hermansyah tentunya. Berangkat ke Jember berhasil membuat saya kembali merasakan momen "first time". Dari Jakarta ke Surabaya dan transit dengan pesawat Garuda eXplore menuju Notohadinegoro Jember. Baru kali ini saya naik pesawat transit yang kata mas Koko (rekan dinas) kayak naik odong odong, karena sempit dan durasinya cuma 35 menit. Tapi surprisingly, not bad juga naik pesawat yang cuma muat 30 orang ini, mungkin karena cuaca nya juga baik.

Anyway, salah satu yang harus saya kerjakan di Jember adalah liputan ke sebuah, well bisa dibilang taman bermain, yaitu Tanoker Ledokombo. Dari denger namanya aja saya sudah penasaran. Namanya cantik. Tanoker artinya  kepompong. Ledokombo artinya daratan yang luas. Thats it. Saya cuma tau itu dan sengaja g riset dulu biar ada elemen of surprise nya begitu sampe disana. Perjalanan ke Tanoker dari tempat saya menginap memakan waktu sekitar 40 menit. Pemiliknya, Pak Supo, sengaja mengundang saya dan tim untuk langsung datang sore itu agar dapat melihat anak anak latihan nari. 




Benar saja, sesampainya di Tanoker, saya seru sendiri melihat anak anak berlatih nari dengan egrang untuk mengisi peresmian Jember Expo. Ya. Egrang! Nama dan bentuknya saya sering lihat di google , tapi ga pernah nyoba naik. Melihat anak anak begitu lincah naik dan lari lari pake egrang, saya otomatis penasaran. Kayaknya gampang. Kan kayaknyaaaa, setelah jatuh terjerambab 2x pun saya hanya berhasil naik dan jalan paling banyak 8 -10 langkah. Butuh berhari hari berbulan bulan lah buat bisa lincah kayak anak anak Tanoker. Mereka keren!

Sambil ngeliatin anak anak latihan, saya ngobrol banyak dengan buk Cici dan pak Supo, si empunya Tanoker. Singkat cerita, mereka ini adalah sepasang suami istri, bergelar Doktor, yang awalnya hidup mencari nafkah dan tinggal lama di Jakarta. Tahun 2009, Jakarta mereka tinggalkan. Gelar doktor mereka tinggalkan. Mereka kembali ke Jember, kampung halaman pak Supo. Tujuannya hanya satu, membangun desa kelahirannya. Dari sana Tanoker Ledokombo mulai dibangun. Sebuah tempat sederhana yang luas, ada camping camp, art galery, lapangan bermain sampai ke Pusat Pelayanan Informasi Terpadu. Saya sampai merinding denger cita cita apa saja yang mau mereka kerjakan. Budidaya egrang menjadi fokus utama. Selain itu, Jember memang terkenal sebagai pemasok pahlawan devisa alias TKI yang cukup banyak, tapi penderitaan warganya juga tidak sedikit. Tanoker menjadi pusat informasi buat para buruh migran tentang segala sesuatu sampai ke menyediakan fasilitas skype untuk komunikasi sama keluarga mereka yg jadi TKI di luar negri. Keren!! Buk Cici sendiri menggalang ibu ibu untuk membuat kerajinan tangan sampai ke kuliner homemade. Pak Supo mengajarkan anak anak untuk membuat buletin informasi, mensosialisasikan egrang, berkreasi dan bermain pada saat yang bersamaan. Dari gaya bercerita mereka, saya tau mereka tulus. Cita cita mereka masih banyak cenderung "muluk". Tapi mereka optimis, itu bisa dilakukan!

Kata bu Cici, bermain itu tidak main main. Di masa sekarang banyak sekali kriminalisasi bermain. Anak anak disuruh belajar di sekolah, sampi rumah belajar lagi, lalu kursus ini les itu, kadang orang tua suka lupa kalau anak anak itu butuh bermain diluar. Bermain itu tidak main main. Banyak sekali nilai yang bisa diambil oleh anak untuk pertumbuhan dan perkembangan mereka dari hal sesederhana bermain. Perkembangan yang mungkin kita ga duga sebelumnyaa.

Bermain itu tidak main main.

Saya jadi inget kampung halaman di Bukareh,alangkah bagusnya kalau kesenian randai dan saluang bisa digalang seperti Tanoker ini.

Haha semakin muluk muluk :D




footnote : Jadwal kembali ke Jakarta adalah tanggal 4/11 melalui Jember transit Surabaya, lalu Surabaya - Jakarta. Namun sayang bandara Notohadinegoro di Jember terpaksa ditutup due to erupsi-nya Rinjani. Terpaksa tempuh jalan darat 6 jam menuju Surabaya. Sampai blog ini di posting, bandara Ngurah Rai Bali juga masih ditutup karena erupsi Rinjani. Semoga semua segera membaik!

Be safe!