Apr 4, 2014

kisah si Bromo


Sudah lama sekali saya pesaran sama si Bromo ini. Selalu adaa saja yang menghalangi untuk nge-trip kesana. Entah itu jadwal, budget bahkan untuk sekedar masalah "sama siapa". Hey, I don't mind travelling alone as long as itu big city atau city tour..Kalo untuk trip ke alam kayak gunung atau pantai, I rather have someone to go with. Ya anggaplah untuk alasan keamana. Anyway, di awal tahun 2014 ini emang saya udah niat banget kalo 2014 ini harus ke Bromo. HARUS. Udah cukup rasanya green with envy gara gara ngeliatin Instagramnya si Robiat Fahlevi, dibumbuin lagi oleh kedua teman saya yang berangkat ke Bromo akhir taun lalu namun saya tidak bisa ikut karena harus ikut pendidikan 2 bulan di Bandung. Well, I am a person who can easily envy or move just by a picture. 

Sampai akhirnya saya mengenal Widya, teman semasa pendidikan yang akhirnya tinggal di lantai 2 kost- kostan saya, yang ternyata asli Malang. Dari dia akhir nya bercerita -cerita tentang bagaimana dia yang hanya berjarak 2 jam dari Bromo namun belum pernah ke Bromo, hei..ternyata dia anaknya suka nge-bolang juga.Yay! Akhirnya terciptalah wacana untuk ke Bromo di long weekend akhir Maret ini. As always, saya lalu melempar wacana ini ke teman teman seperguruan di Batujajar (tempat pendidikan itu).Awalnya cukup banyak yang "yuk yuk", tapi seperti biasa yang namanya wacana ya akan selalu hanya sampai sebatas "yuk" aja. Namun saya dan widya sepertinya satu visi, Bromo harus diberangkatin. Kebetulan long weekend, si Widya juga sekalian niat pulang kerumahnya di Malang.

Tiket udah ditangan. Pulang - Pergi naik pesawat ke Surabaya, karena tiket kereta habis bis bis, eh tiba tiba terdengar berita bahwa Merapi "batuk" dan Bromo menjadi status waspada. Kegalauan ya mau tidak mau jadi hinggap. Beberapa teman keukeuh melarang dan menyarankan untuk menunda saja, tapi tekad saya dan widya sudah poll banget mau berangkat, selain itu juga tiket PP JKT-SBY di long weekend kan ga murah hehehe.. 

So here we go!






  Jam 11 malam,kami berangkat dari Surabaya menuju Bromo.Nantinya sudah ada jeep yang menunggu kami untuk diantar ke Pananjakan. Katanya, kalo mau liat sunrise, mendingan liatnya dari Pananjakan 1 atau Pananjakan 2. Berhubung nego dengan si pengemudi Jeep agak alot, karena Jeep sudah mulai habis dengan banyak pengunjung yang datang, akhirnya kami memutuskan untuk diantar sampai Pananjakan 2 saja. Yang ada di bayangan saya adalah  turun dari Jeep dan langsung cari spot untuk menikmati sunrise sambil makan pop mie. Ternyata kami hanya diantar sampai kaki Pananjakan saja dan haru berjalan lagi keatas. Mendaki jalanan memutar dengan ratusan anak tangga yang semakin keatas semakin terjal, pukul 3 pagi  dengan suhu yang luar biasa dingin dan perut lapar rasanya memang bukan ide yang sensasional. Setelah mendaki kira kira satu jam,sakhirnya kami sampai di Pananjakan 2. Sudah cukup ramai dan kami langsung mengambil spot lebih tinggi dengan naik ke atas atap pos penjaga yang landai. Dengan sabar menunggu detik detik munculnya si matahari ditemani pop mie dan suhu udara yang super dingin. I cant even move my hand. Ternyata memang penting untuk membawa sarung tangan ke daerah ini. Tangan rasanya beku!(catat!).

Akhirnya kira kira pukul setengah 6 si matahari mulai muncul. Melihat kabut embun yang perlahan mulai turun dan menampilkan pohon pohon dibawahnya, rasa magis sekali. Menatap gunung Bromo yang diselimuti awan awan bagai gumpalan kapas , rasanya magis sekali. 

Saya sesaat terpana dan tak henti henti berucap... "luar biasa bgt ciptaan Allah"





DINI AKBARI NAILED BROMO!! 

woohooo!